Menurut pedoman DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), seseorang dikatakan mengalami depresi jika selama kurang lebih 2 minggu mengalami minimal satu dari gejala utama, yakni kesedihan yang berkepanjangan, kehilangan gairah hidup, dan kelelahan.
Menurut psikiater dan staf pengajar FKUI, dr. Danardi Sosrosumihardjo, SpK-J(K), secara umum ada tiga faktor penyebab gangguan depresi, yaitu pola asuh, stressor psikososial (pencetus stres dari lingkungan), dan genetika. Secara genetik, wanita memiliki hormon estrogen yang berubah mengikuti fase kehidupannya, mulai dari pubertas, kehamilan, melahirkan, menyusui, hingga mencapai masa klimaterik atau perimenopause. Perubahan hormonal sering dikaitkan dengan kecenderungan depresi, karena estrogen sebagai salah satu neurotransmitter (cairan kimia di dalam otak) akan memengaruhi sistem di bagian otak yang mengontrol emosi.
Berkurangnya kadar estrogen menyebabkan emosi tidak stabil, sehingga wanita lebih sensitif, mudah marah, dan uring-uringan. Kerenanya, sejak masa perimenopause, wanita berisiko mengalami depresi. Selain perubahan hormonal, kepribadian wanita yang cenderung emosional juga berperan menimbulkan masalah kejiwaan. Terutama wanita dengan kepribadian introvert, kurang percaya diri, dan tipe pencemas.
Karena tidak memahami gejalanya, banyak orang datang ke dokter dengan keluhan yang bersifat fisik, seperti kelelahan, sulit tidur, sakit maag, atau sulit berkonsentrasi. Akibatnya dokter memberi penanganan untuk masalah fisik tersebut, sementara depresi sebagai inti masalah justru terabaikan.
Padahal, jika depresi ini terkait menopause, dokter bisa saja menawarkan terapi Sulih hormon (TSH) terhadap sebagian wanita yang telah menopause. Hal ini dapat membantu mengurangi gejala depresi, namun harus diawasi dengan ketat oleh dokter, terutama pada wanita yang berisiko mengalami penyakit kardiovaskular dan kanker payudara.
Antidepresan
Pada kasus dimana intensitas kecemasan sangat tinggi atau gangguan fisik cukup berat (misalnya insomnia), pasien akan dibantu dengan farmakoterapi (terapi obat). Biasanya yang diberikan adalah obat antidepresan golongan SNRI (Sorotinin Norepinephrine Reuptake Inhibitor), karena memiliki efek ganda mengurangi gejala depresi sekaligus mencegah berulangnya gejala tersebut dalam jangka panjang.
Berbeda dengan obat anticemas, antidepresan tergolong aman karena tidak memiliki efek kecanduan dan biasanya hanya dipakai selama 3 bulan. Namun antidepresan juga tetap aman bila perlu diberikan lebih dari 3 bulan dengan pengawasan ahli dan dipatuhi dengan ketat.
Pencegahan lain adalah memulai pola hidup sehat serta belajar mengelola stres dengan baik. Untuk mengurangi gejala depresi, sempatkan berolahraga setiap hari meski hanya 10 menit. Atau, luangkan waktu untuk berkumpul dengan sahabat dan lakukan hal-hal yang menyenangkan agar stres bisa ‘terurai’. Menopause hanyalah sebuah proses alami yang pasti dialami semua wanita. Jadi, tenang saja!