Museum Kartini
Dari kantor merangkap kediaman bupati, kami berjalan melintasi alun-alun kota untuk menuju Museum Kartini. Harapan saya akan museum ini memang tidak terlalu tinggi. Museum yang ada di ibu kota negara saja banyak yang tidak terurus, apalagi yang di kota kecil macam Jepara. Dugaan saya tidak terlalu meleset.
Museum Kartini berdiri di atas tanah seluas 5.210 meter persegi, terdiri dari empat ruangan besar. Ruang pertama menampilkan benda-benda peninggalan Kartini dan foto-foto sepanjang hidupnya. Sayangnya, foto-foto ini semua adalah hasil reproduksi. Foto aslinya tersimpan di sebuah museum di Leiden, Belanda, begitu tulisan yang tertera di foto-foto tersebut. Miris sebetulnya melihat bukti-bukti sejarah bangsa Indonesia justru tersimpan di luar negeri, namun mungkin dengan begitu benda-benda tersebut akan lebih terpelihara. Selain foto-foto, terdapat pula furnitur-furnitur serta koleksi piring dan radio. Benda-benda tersebut ditempatkan seolah-olah untuk menghadirkan kembali tempat Kartini beraktivitas selama hidupnya.
Ruang kedua berisi benda-benda peninggalan kakak laki-laki Kartini, RM Panji Sosro Kartono. Barang-barang yang ada hampir sama dengan peninggalan Kartini, yaitu foto, furnitur, dan juga lukisan. Selama masa pendidikannya di Leiden, Kartono mengirimkan majalah-majalah terbitan Belanda untuk Kartini, yang membuat semangat sang adik itu untuk bersekolah ke negeri Belanda jadi tambah menggebu-gebu. Keinginan tersebut pernah diungkapkan Kartini dalam surat-suratnya kepada para sahabat penanya. Kendati berkeinginan keras, keinginan tersebut akhirnya tidak kesampaian karena terhalang oleh adat istiadat.
Nofi Firman