Bagaimana mengatakan ’tidak’ dengan cara yang elegan dan bisa diterima orang lain tanpa menimbulkan rasa ditolak atau dikecewakan? Menurut psikolog Harini Tunjungsari, M.Psi, masalah sebetulnya bukan ada pada orang lain, tetapi kita sendirilah yang punya belenggu. Untuk bisa berkata tidak, tentu kita harus membebaskan diri dari belenggu yang ada. Bila kita terbelenggu oleh rasa takut menghadapi konflik, kita harus belajar memupuk keberanian untuk menghadapi konflik. Sebab, jawaban ‘ya’ untuk yang seharusnya ‘tidak’ ataupun ‘tidak’ yang memang seharusnya tidak, sama-sama memiliki dampak jangka pendek maupun jangka panjang. Bila dampak jangka panjangnya akan jauh lebih baik bila Anda menjawab ‘tidak’, maka Anda harus berani mengatakan ‘tidak’ dengan tegas.
Adapun melepas waham superhero memang bukan soal mudah. “Namun bukan berarti kita tidak bisa mencoba. Kuncinya, pahami keterbatasan diri kita,” kata Harini. Kalau kita tahu batas diri kita, maka kita juga bisa melakukan kalkulasi. Contohnya, ketika Anda bersiap mengatakan ‘ya’ untuk tambahan pekerjaan yang sebetulnya tak sanggup lagi Anda kerjakan, segera lakukan perhitungan. "Tenaga dan pikiran saya sudah saya berikan kepada si A, B, dan C. Kalau ada yang minta tolong lagi, kualitas bantuan yang saya berikan akan jadi buruk."
Mengatasi hambatan yang ketiga -tidak punya power- butuh usaha lebih keras, terlebih ketika kita berada pada situasi sulit. Pilihannya adalah meninggalkan lingkungan itu, atau bila tidak bisa pergi, tetap bertahan dengan menyadari bahwa yang terjadi di lingkungan itu bukan hal baik. Selain itu, juga tetap sadar bahwa hal yang buruk itu suatu saat harus berhenti. “Dalam hal ini dibutuhkan integritas pribadi, yakin bahwa kita punya kekuatan untuk melakukan perubahan,” tandas Harini.
Judith Sills, Ph.D, psikolog sosial dari Philadelphia, AS, menyebut lima situasi yang membuat seseorang bisa membangun kekuatan untuk berkata ‘tidak’:
1. Ketika seseorang ingin menegakkan prinsip dan nilai-nilai
Misalnya, ketika sahabat Anda berselingkuh, mungkin Anda tidak ingin membeberkan perselingkuhan ini kepada pasangannya. Tapi ketika sahabat Anda minta izin untuk menggunakan vila Anda untuk berduaan dengan selingkuhannya, Anda akan memilih berkata ‘tidak’ karena Anda tidak ingin ikut ambil bagian dalam kerusakan rumah tangga sahabat Anda.
2. Ketika seseorang tidak ingin dieksploitasi oleh orang lain
Misalnya, seorang teman sekantor Anda sering meminjam uang dengan berbagai alasan, tapi selalu mencari alasan untuk tidak mengembalikannya. Rasa jengkel itu akan mendorong Anda untuk mulai memerhatikan perasaan Anda sendiri dan akhirnya bisa menolak saat sang teman kembali meminjam uang.
3. Ketika seseorang ingin fokus pada tujuan
Gerombolan teman kantor Anda sedang seru bergosip, tapi saat itu pekerjaan Anda menumpuk dan butuh diselesaikan. Maka Anda pun terdorong untuk mengatakan tidak mau bergabung dengan mereka.
4. Ketika seseorang ingin menjaga diri dari tindak kekerasan
Sayangnya rasa takut sering menghalangi kita untuk berkata ’tidak’. Terhalang oleh sopan santun juga kerap membuat kita urung mengatakan ‘tidak’, terutama bila pelakunya adalah orang yang paling dekat dengan kita. Tetapi ketika kita ingin mempertahankan harga diri, kita terdorong untuk berani mengatakan, “Maaf, saya tidak mau diperlakukan seperti itu lagi.”
5. Ketika seseorang butuh kekuatan untuk mengubah arah
Ketika Anda ditawari sebuah pekerjaan baru dengan gaji besar tetapi pasti akan membuat Anda sangat kelelahan, maka timbul kekuatan dari dalam diri Anda untuk berkata, “Saya tidak bisa terima tawaran ini, karena….”
Adapun melepas waham superhero memang bukan soal mudah. “Namun bukan berarti kita tidak bisa mencoba. Kuncinya, pahami keterbatasan diri kita,” kata Harini. Kalau kita tahu batas diri kita, maka kita juga bisa melakukan kalkulasi. Contohnya, ketika Anda bersiap mengatakan ‘ya’ untuk tambahan pekerjaan yang sebetulnya tak sanggup lagi Anda kerjakan, segera lakukan perhitungan. "Tenaga dan pikiran saya sudah saya berikan kepada si A, B, dan C. Kalau ada yang minta tolong lagi, kualitas bantuan yang saya berikan akan jadi buruk."
Mengatasi hambatan yang ketiga -tidak punya power- butuh usaha lebih keras, terlebih ketika kita berada pada situasi sulit. Pilihannya adalah meninggalkan lingkungan itu, atau bila tidak bisa pergi, tetap bertahan dengan menyadari bahwa yang terjadi di lingkungan itu bukan hal baik. Selain itu, juga tetap sadar bahwa hal yang buruk itu suatu saat harus berhenti. “Dalam hal ini dibutuhkan integritas pribadi, yakin bahwa kita punya kekuatan untuk melakukan perubahan,” tandas Harini.
Judith Sills, Ph.D, psikolog sosial dari Philadelphia, AS, menyebut lima situasi yang membuat seseorang bisa membangun kekuatan untuk berkata ‘tidak’:
1. Ketika seseorang ingin menegakkan prinsip dan nilai-nilai
Misalnya, ketika sahabat Anda berselingkuh, mungkin Anda tidak ingin membeberkan perselingkuhan ini kepada pasangannya. Tapi ketika sahabat Anda minta izin untuk menggunakan vila Anda untuk berduaan dengan selingkuhannya, Anda akan memilih berkata ‘tidak’ karena Anda tidak ingin ikut ambil bagian dalam kerusakan rumah tangga sahabat Anda.
2. Ketika seseorang tidak ingin dieksploitasi oleh orang lain
Misalnya, seorang teman sekantor Anda sering meminjam uang dengan berbagai alasan, tapi selalu mencari alasan untuk tidak mengembalikannya. Rasa jengkel itu akan mendorong Anda untuk mulai memerhatikan perasaan Anda sendiri dan akhirnya bisa menolak saat sang teman kembali meminjam uang.
3. Ketika seseorang ingin fokus pada tujuan
Gerombolan teman kantor Anda sedang seru bergosip, tapi saat itu pekerjaan Anda menumpuk dan butuh diselesaikan. Maka Anda pun terdorong untuk mengatakan tidak mau bergabung dengan mereka.
4. Ketika seseorang ingin menjaga diri dari tindak kekerasan
Sayangnya rasa takut sering menghalangi kita untuk berkata ’tidak’. Terhalang oleh sopan santun juga kerap membuat kita urung mengatakan ‘tidak’, terutama bila pelakunya adalah orang yang paling dekat dengan kita. Tetapi ketika kita ingin mempertahankan harga diri, kita terdorong untuk berani mengatakan, “Maaf, saya tidak mau diperlakukan seperti itu lagi.”
5. Ketika seseorang butuh kekuatan untuk mengubah arah
Ketika Anda ditawari sebuah pekerjaan baru dengan gaji besar tetapi pasti akan membuat Anda sangat kelelahan, maka timbul kekuatan dari dalam diri Anda untuk berkata, “Saya tidak bisa terima tawaran ini, karena….”
Immanuella Rachmani