Otak si remaja
Hormon-hormon tidak hanya membuat tubuhnya berubah. Jauh di dalam, putri Anda pun berubah. Ia sering merasa bingung atau menunjukkan perubahan emosi yang kadang-kadang mengejutkan. Ia jadi sensitif dan mudah marah. Seringkali tidak mudah bagi dirinya sendiri untuk memahami dan menghadapi perubahan emosi ini. Anda sebagai orang tua dapat menenangkan dengan mengatakan, mungkin ‘otaknya yang baru’ sedang mencoba menyesuaikan diri, dan ia tak perlu cemas. Seorang remaja memiliki 100 milyar sel otak. Ketika baru dilahirkan, hanya 17 persen sel otak yang sudah saling terhubung.
Otak terus membentuk koneksi selama dua dekade dengan menambah grey matter (neuron, dendrite, dan synaps) dan memangkas synaps-synaps yang sudah tak terpakai, menghapus koneksi-koneksi lama dan membentuk yang baru. Tak perlu heran dan jengkel kalau remaja tidak bertindak seperti orang dewasa. Otaknya dan otak orang dewasa belum berfungsi serupa. Remaja masih berada dalam tahap pertumbuhan dan sering diumpamakan sedang mencari-cari jalan di tengah badai, tanpa peta atupun kompas.
Selama berpuluh tahun para psikolog berpendapat, bahwa begitu tengkorak kepala remaja mencapai ukuran kepala orang dewasa, otaknya pun otomatis terbentuk sepenuhnya. Beberapa tahun lalu ada penemuan baru yang membuktikan adanya ‘gelombang pertumbuhan kedua’ sebelum masa pubertas, diikuti ‘pemangkasan kedua’ yang menyebabkan otak memperkuat koneksi-koneksi syaraf yang penting bagi dirinya. Bagian otak yang terakhir ‘matang’ adalah bagian yang mengatur logika dan pemecahan masalah.
Itu sebabnya remaja cenderung bertindak impulsif dan belum terampil menyusun rencana dan mengatur prioritas. Ciri khas otak remaja adalah ketidakmampuan memperkirakan konsekuensi tindakannya. Maka tak heran kalau ia cenderung amburadul, jorok, dan kadang-kadang juga menjengkelkan.
Otak terus membentuk koneksi selama dua dekade dengan menambah grey matter (neuron, dendrite, dan synaps) dan memangkas synaps-synaps yang sudah tak terpakai, menghapus koneksi-koneksi lama dan membentuk yang baru. Tak perlu heran dan jengkel kalau remaja tidak bertindak seperti orang dewasa. Otaknya dan otak orang dewasa belum berfungsi serupa. Remaja masih berada dalam tahap pertumbuhan dan sering diumpamakan sedang mencari-cari jalan di tengah badai, tanpa peta atupun kompas.
Selama berpuluh tahun para psikolog berpendapat, bahwa begitu tengkorak kepala remaja mencapai ukuran kepala orang dewasa, otaknya pun otomatis terbentuk sepenuhnya. Beberapa tahun lalu ada penemuan baru yang membuktikan adanya ‘gelombang pertumbuhan kedua’ sebelum masa pubertas, diikuti ‘pemangkasan kedua’ yang menyebabkan otak memperkuat koneksi-koneksi syaraf yang penting bagi dirinya. Bagian otak yang terakhir ‘matang’ adalah bagian yang mengatur logika dan pemecahan masalah.
Itu sebabnya remaja cenderung bertindak impulsif dan belum terampil menyusun rencana dan mengatur prioritas. Ciri khas otak remaja adalah ketidakmampuan memperkirakan konsekuensi tindakannya. Maka tak heran kalau ia cenderung amburadul, jorok, dan kadang-kadang juga menjengkelkan.