Beberaoa tahun lalu, yoga sempat 'diharamkan' oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), sehingga banyak pihak merasa resah dalam ketidakjelasan. Namun, justru kondisi inilah yang memacu keinginan Yudhi Widdyantoro untuk lebih memperkenalkan yoga kepada masyarakat luas di Indonesia. Selain itu, ia dan beberapa rekannya, Meta Anggraeni dan Devi Asmarani, juga ingin mematahkan stigma yoga sebagai olahtubuh yang eksklusif dan mahal. “Berawal dari gagasan itulah kemudian terbentuk komunitas Yoga Gembira,” tutur Yudhi yang juga menjadi pengajar tetap di komunitas tersebut.
Sejak setahun belakangan ini, mereka kerap berlatih yoga di Taman Suropati, Jakarta Pusat, pada setiap Minggu pagi. Sebelumnya, komunitas yang awalnya hanya terdiri dari lima orang ini rajin berlatih di halaman Museum Kebangkitan Nasional. “Pokoknya niat kami memang ingin selalu berpindah-pindah lokasi, supaya tidak bosan,” kata Yudhi lagi.
Namun, mencari anggota baru –supaya acara latihan lebih semarak-- ternyata tidak mudah. Baru setelah Yudhi dan rekan-rekannya mengadakan acara amal yoga untuk tsunami Jepang, dengan tema 108 Sun Salutation, nama Yoga Gembira mulai banyak dikenal. Kini, minimal 20 orang selalu hadir dan ikut berlatih yoga bareng dalam komunitas itu setiap Minggu pagi.
“Tak ada keanggotaan khusus. Komunitas ini bersifat cair. Silakan, siapa saja boleh datang. Kalau merasa tak cocok, langsung pergi lagi juga tak apa-apa,” tutur Yudhi yang sehari-hari mengajar yoga di berbagai rumah yoga di Jakarta dan luar Jakarta. Karena mengambil lokasi di taman kota, acara latihan Yoga Gembira banyak diikuti pasangan suami istri, yang datang bersama anak-anak mereka.
Karena itu, gerakan-gerakan yang diajarkan Yudhi disesuaikan agar tetap bisa diikuti oleh para pemula. Tak jarang ia juga menyelinginya dengan gerakan-gerakan berpasangan agar terjadi komunikasi. Yang pasti, tambah Yudhi, tidak ada pungutan biaya untuk menjadi anggota. “Yang ada cuma sumbangan sukarela untuk retribusi Taman Suropati. Anda hanya perlu membawa matras sendiri (atau alas apa pun).”
Bila tertarik bergabung, cukup menyambangi Taman Suropati setiap Minggu pagi pukul tujuh. Kontak: Yudhi Widdyantoro (0818859561, e-mail: [email protected])
Sejak setahun belakangan ini, mereka kerap berlatih yoga di Taman Suropati, Jakarta Pusat, pada setiap Minggu pagi. Sebelumnya, komunitas yang awalnya hanya terdiri dari lima orang ini rajin berlatih di halaman Museum Kebangkitan Nasional. “Pokoknya niat kami memang ingin selalu berpindah-pindah lokasi, supaya tidak bosan,” kata Yudhi lagi.
Namun, mencari anggota baru –supaya acara latihan lebih semarak-- ternyata tidak mudah. Baru setelah Yudhi dan rekan-rekannya mengadakan acara amal yoga untuk tsunami Jepang, dengan tema 108 Sun Salutation, nama Yoga Gembira mulai banyak dikenal. Kini, minimal 20 orang selalu hadir dan ikut berlatih yoga bareng dalam komunitas itu setiap Minggu pagi.
“Tak ada keanggotaan khusus. Komunitas ini bersifat cair. Silakan, siapa saja boleh datang. Kalau merasa tak cocok, langsung pergi lagi juga tak apa-apa,” tutur Yudhi yang sehari-hari mengajar yoga di berbagai rumah yoga di Jakarta dan luar Jakarta. Karena mengambil lokasi di taman kota, acara latihan Yoga Gembira banyak diikuti pasangan suami istri, yang datang bersama anak-anak mereka.
Karena itu, gerakan-gerakan yang diajarkan Yudhi disesuaikan agar tetap bisa diikuti oleh para pemula. Tak jarang ia juga menyelinginya dengan gerakan-gerakan berpasangan agar terjadi komunikasi. Yang pasti, tambah Yudhi, tidak ada pungutan biaya untuk menjadi anggota. “Yang ada cuma sumbangan sukarela untuk retribusi Taman Suropati. Anda hanya perlu membawa matras sendiri (atau alas apa pun).”
Bila tertarik bergabung, cukup menyambangi Taman Suropati setiap Minggu pagi pukul tujuh. Kontak: Yudhi Widdyantoro (0818859561, e-mail: [email protected])
Monika Erika