Mungkin ketika zaman kita kecil, mudah menemukan mbok jamu yang menggendong jamu dagangannya di jalan. Kalau mau minum jamu, Anda hanya menunggu mbok jamu lewat di depan rumah. Tetapi hal tersebut sudah langka saat ini. Yang ada hanya warung jamu pinggir jalan, yang belum tentu nyaman.
Inilah yang coba dihidupkan kembali oleh Nova Dewi Setiabudi dan Uwi Mathovani. Di tengah menjamurnya kedai kopi dan bubble tea, pasangan ini justru membuka kedai jamu. Kendati kedai ini berukuran kecil, begitu memasukinya saya merasa sangat nyaman seperti sedang bertandang ke rumah nenek. Furnitur vintage, pernak-pernik jadul, hingga bau jamu yang menyergap indera penciuman saya terasa bersatu-padu mengundang saya untuk masuk lebih jauh ke tempat itu.
Di sore hari yang cukup panas, Nova menyarankan saya untuk mencoba green tamarin. Ini memang bukan minuman jamu tradisional tetapi sangat pas untuk memuaskan dahaga. Kunyit asam yang disajikan dingin memang terasa segar sekali. Anda penasaran tidak mengapa kunyit asam bisa berwarna hijau? “Kami mencampurnya dengan sawi,” ujar Uwi.
Jika Anda tidak begitu paham tentang jamu, tidak perlu khawatir. Dari mulai menu saja Suwe Ora Jamu telah memilah dan memberikan penjelasan tentang masing-masing jamu. Ada jamu khusus pria, wanita (seperti wanita ayu, galian singset), juga anak-anak. Jika Anda merasa tidak enak badan, ada sejumlah pilihan-pilihan jamu untuk kesehatan yang bisa Anda tenggak antara lain 7 angin mint yang berkhasiat untuk masuk angin, silokarang untuk meredakan sakit kepala, batuk, pilek serta hiperten untuk meringankan darah tinggi.
Bila Anda ingin lebih berlama-lama di kedai mungil ini, Anda pun bisa mengudap makanan kecil nostalgia yang belum pudar kenikmatannya. Saya mencoba pisang goreng krispi yaitu pisang goreng yang dilengkapi parutan keju dan saus karamel serta tahu goreng krispi lada garam yaitu tahu sutera yang disajikan dengan garam dan parutan cabai.
Inilah yang coba dihidupkan kembali oleh Nova Dewi Setiabudi dan Uwi Mathovani. Di tengah menjamurnya kedai kopi dan bubble tea, pasangan ini justru membuka kedai jamu. Kendati kedai ini berukuran kecil, begitu memasukinya saya merasa sangat nyaman seperti sedang bertandang ke rumah nenek. Furnitur vintage, pernak-pernik jadul, hingga bau jamu yang menyergap indera penciuman saya terasa bersatu-padu mengundang saya untuk masuk lebih jauh ke tempat itu.
Di sore hari yang cukup panas, Nova menyarankan saya untuk mencoba green tamarin. Ini memang bukan minuman jamu tradisional tetapi sangat pas untuk memuaskan dahaga. Kunyit asam yang disajikan dingin memang terasa segar sekali. Anda penasaran tidak mengapa kunyit asam bisa berwarna hijau? “Kami mencampurnya dengan sawi,” ujar Uwi.
Jika Anda tidak begitu paham tentang jamu, tidak perlu khawatir. Dari mulai menu saja Suwe Ora Jamu telah memilah dan memberikan penjelasan tentang masing-masing jamu. Ada jamu khusus pria, wanita (seperti wanita ayu, galian singset), juga anak-anak. Jika Anda merasa tidak enak badan, ada sejumlah pilihan-pilihan jamu untuk kesehatan yang bisa Anda tenggak antara lain 7 angin mint yang berkhasiat untuk masuk angin, silokarang untuk meredakan sakit kepala, batuk, pilek serta hiperten untuk meringankan darah tinggi.
Bila Anda ingin lebih berlama-lama di kedai mungil ini, Anda pun bisa mengudap makanan kecil nostalgia yang belum pudar kenikmatannya. Saya mencoba pisang goreng krispi yaitu pisang goreng yang dilengkapi parutan keju dan saus karamel serta tahu goreng krispi lada garam yaitu tahu sutera yang disajikan dengan garam dan parutan cabai.
Suwe Ora Jamu
Jalan Petogogan No. 28
Kramat Pela, Jakarta Selatan
Tel: 021-7279 0590
Jam Buka: Senin-Minggu pukul 11.00-00.00 WIB (Selasa Tutup)
Harga: Rp 9.000 – 30.000
Nofi Triana Firman
Foto: dok. Suwe Ora Jamu