Banyak istilah dapat digunakan untuk menggambarkan sebuah kehidupan yang selaras alam; go green, eco friendly, sustainable, dan green living. Apa pun istilah yang Anda gunakan, hidup selaras alam bukan sekadar tren. Tapi lebih dari itu, merupakan suatu gerakan berdasarkan kesadaran penuh untuk memelihara Bumi. Hidup selaras alam memiliki esensi yang mendalam, yang setiap orang dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan merasa dipermudah hidupnya. Beberapa esensi penting dari hidup selaras alam adalah bebas dari konsumsi barang-barang secara berlebihan, hidup dengan sadar dan dengan integritas, peduli Bumi dan penduduk Bumi, serta revolusi ekonomi.
Berita yang dirilis oleh sebuah situs berita ekonomi mengungkap bahwa realisasi penggunaan produk dalam negeri hingga tahun 2011 baru mencapai 37% dari target yang diharapkan Kementerian Perindustrian. Padahal pemerintah sudah menetapkan penggunaan produk dalam negeri untuk pengadaan barang. Namun hal itu belum sepenuhnya dilakukan. Penyebabnya adalah kurangnya partisipasi masyarakat dan instansi swasta untuk membeli produk dalam negeri. Bagi kalangan tertentu, produk luar negeri –fashion, peranti rumah tangga, hingga produk pangan- masih menjadi pilihan. Tak peduli harganya mahal, adanya asumsi bahwa produk luar negeri lebih berkualitas dan bergengsi dibanding produk dalam negeri, masih begitu kuat. Sementara di kalangan lain, produk Cina yang merangsek pasar Indonesia juga menjadi pilihan karena harganya yang supermurah, meski jangan ditanya kualitasnya. Padahal bila dikaitkan dengan global warming, penggunaan produk lokal merupakan pilihan bijak karena mengurangi jejak karbon.
Dibanding produk lokal, produk impor melewati proses yang lebih panjang, mulai dari pembuatan, pengepakan, dan pengangkutan. Pengangkutan dengan kapal laut, kapal terbang, dan truk menghasilkan gas karbondioksida akibat pembakaran (bahan bakar fosil). Oleh karena itu penggunaan barang atau produk lokal merupakan cara sederhana yang dapat dilakukan konsumen untuk menyelamatkan Bumi. Selain itu Anda yang menggunakan produk lokal juga ikut andil dalam menyejahterakan produsen dalam negeri.
Bila selama ini pemenuhan kebutuhan pangan dilakukan dengan cara impor (beras, buah-buahan, dan bahan pangan lainnya), kini saatnya kita memenuhi kebutuhan pangan dengan produk lokal. Kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia memungkinkan kita memproduksi barang dan pangan lokal. Mengonsumsi secukupnya dan tidak berlebihan juga tak kalah penting dalam hidup selaras dengan alam. Dengan cara hidup yang demikian, serta semakin dikembangkannya produk pangan secara lebih maksimal, mestinya kita tidak akan mati kelaparan. Dengan menggunakan produk pangan lokal berarti kita ikut memperkuat ekonomi nasional, tidak membuang devisa ke luar negeri, dan ikut menciptakan lapangan pekerjaan.
Bagaimana memilih produk asli lokal? Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia memaparkan kriteria sebuah produk disebut produk asli Indonesia:
1. Bahan baku berasal dari produk lokal.
2. Diolah di dalam negeri.
3. Menggunakan merek lokal.
4. Diproduksi oleh perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh pemodal lokal.
Berita yang dirilis oleh sebuah situs berita ekonomi mengungkap bahwa realisasi penggunaan produk dalam negeri hingga tahun 2011 baru mencapai 37% dari target yang diharapkan Kementerian Perindustrian. Padahal pemerintah sudah menetapkan penggunaan produk dalam negeri untuk pengadaan barang. Namun hal itu belum sepenuhnya dilakukan. Penyebabnya adalah kurangnya partisipasi masyarakat dan instansi swasta untuk membeli produk dalam negeri. Bagi kalangan tertentu, produk luar negeri –fashion, peranti rumah tangga, hingga produk pangan- masih menjadi pilihan. Tak peduli harganya mahal, adanya asumsi bahwa produk luar negeri lebih berkualitas dan bergengsi dibanding produk dalam negeri, masih begitu kuat. Sementara di kalangan lain, produk Cina yang merangsek pasar Indonesia juga menjadi pilihan karena harganya yang supermurah, meski jangan ditanya kualitasnya. Padahal bila dikaitkan dengan global warming, penggunaan produk lokal merupakan pilihan bijak karena mengurangi jejak karbon.
Dibanding produk lokal, produk impor melewati proses yang lebih panjang, mulai dari pembuatan, pengepakan, dan pengangkutan. Pengangkutan dengan kapal laut, kapal terbang, dan truk menghasilkan gas karbondioksida akibat pembakaran (bahan bakar fosil). Oleh karena itu penggunaan barang atau produk lokal merupakan cara sederhana yang dapat dilakukan konsumen untuk menyelamatkan Bumi. Selain itu Anda yang menggunakan produk lokal juga ikut andil dalam menyejahterakan produsen dalam negeri.
Bila selama ini pemenuhan kebutuhan pangan dilakukan dengan cara impor (beras, buah-buahan, dan bahan pangan lainnya), kini saatnya kita memenuhi kebutuhan pangan dengan produk lokal. Kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia memungkinkan kita memproduksi barang dan pangan lokal. Mengonsumsi secukupnya dan tidak berlebihan juga tak kalah penting dalam hidup selaras dengan alam. Dengan cara hidup yang demikian, serta semakin dikembangkannya produk pangan secara lebih maksimal, mestinya kita tidak akan mati kelaparan. Dengan menggunakan produk pangan lokal berarti kita ikut memperkuat ekonomi nasional, tidak membuang devisa ke luar negeri, dan ikut menciptakan lapangan pekerjaan.
Bagaimana memilih produk asli lokal? Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia memaparkan kriteria sebuah produk disebut produk asli Indonesia:
1. Bahan baku berasal dari produk lokal.
2. Diolah di dalam negeri.
3. Menggunakan merek lokal.
4. Diproduksi oleh perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh pemodal lokal.
Immanuella Rachmani