Menopause merupakan suatu proses alami yang terjadi dalam kehidupan setiap wanita. Pada masa ini atau sebelumnya (peri-menopause), biasanya muncul berbagai gangguan, seperti sulit tidur, hot flush, migrain, emosi tak stabil, badan terasa pegal, dan sebagainya. Banyak wanita yang tak begitu terganggu dengan perubahan hormonal ini. Namun tak sedikit yang terganggu, bahkan panik. Padahal keluhan tersebut bisa dikurangi, bahkan dicegah dengan penanganan yang tepat.
Salah satu terapi yang disarankan adalah hormone replacement therapy atau terapi sulih hormon (TSH). Melalui terapi ini hormon di dalam tubuh distabilkan kembali dengan konsumsi obat-obatan yang mengandung estrogen atau progesteron, atau kombinasi keduanya.
Pada TSH, pasien diberi hormon estradion yang bekerja seperti hormon estrogen di dalam tubuh. Efeknya cukup signifikan. Berbagai gangguan di masa menopause akan berkurang, bahkan haid pun bisa keluar lagi.
Namun, banyak wanita yang enggan melakukan TSH karena takut akan risiko kanker payudara atau endometriosis, dengan terapi jangka panjang. Selain itu, TSH pun relatif mahal. Adanya kecemasan akan TSH inilah yang mendorong berbagai pihak untuk mencari alternatif yang lebih 'aman'.
Hasil penelitian para ahli membuktikan bahwa beberapa jenis tanaman memiliki kandungan senyawa kimia yang mirip dengan struktur molekul hormon estrogen pada tubuh. Zat ini kemudian disebut fitoestrogen (fito/phyto dalam bahasa Yunani berarti tanaman). Dari sekian banyak fitoestrogen, ada 4 jenis yang mempunyai efek paling kuat dan biasa digunakan untuk 'pengobatan' menopause yaitu: isoflavon, lignan, coumestan, dan resorcyclic acid lactone.