Jika Anda mendapat iming-iming suku bunga yang sangat tinggi untuk tabungan deposito, jangan gegabah menganggukkan kepala tanda setuju. Suku bunga yang ditetapkan oleh bank memang merupakan kebijakan dari bank itu sendiri sehingga setiap bank punya suku bunga yang berbeda. Bank Indonesia tidak melarang bank-bank memasang bunga deposito yang lebih tinggi dari unga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Setinggi apa pun bunga deposito, suku bunga yang dijamin oleh LPS tetap sebesar 7,5%.
Bila Anda mendapat tawaran bunga sebesar 10% untuk jangka 3-6 bulan misalnya, dan bank sepakat memberikan bunganya di awal, Anda perlu hati-hati. Bisa saja ketika Anda menyetorkan dana dan mendapat bunga di muka, kemudian bank mengalami kebangkrutan, Anda kehilangan dana pokok. "Bila Anda tertarik membuka tabungan deposito, jangan pernah memilih bank untuk deposito atau menabung semata-mata karena tawaran suku bunga yang tinggi (bahkan lebih tinggi dari suku bunga penjamin LPS). Pilihlah bank berdasarkan reputasi, kinerja, dan keamanannya," saran JM Eka Setyawibawa, perencana keuangan dari ABC Conculting.
Meski uang Anda dilindungi oleh LPS, tetapi bila bank mengalami kebangkrutan, proses untuk menarik dana yang dijamin tersebut memerlukan usaha yang menguras kesabaran. Cek lebih dahulu nilai suku bunga penjamin LPS. Kemudian bandingkan dengan bunga deposito yang ditawarkan oleh bank. Bank yang memberikan suku bunga yang sama dengan LPS akan memberikan keamanan finansial pada nasabah, meski nilai keuntungannya tidak terlalu tinggi.
Bukan produk investasi
Bila Anda selalu mendapatkan jawaban 'deposito' saat mencari produk investasi yang paling aman, jangan langsung percaya. Sama seperti tabungan, deposito bukan produk investasi. "Suatu produk keuangan baru bisa dianggap sebagai suatu investasi jika potensi hasil yang bisa didapat melebihi faktor inflasi," kata Eka. Lebih lanjut Eka mencontohkan, jika saat ini deposito 1 tahun menawarkan bunga sebesar 8%, setelah dipotong pajak bunga, bersihnya menjadi 6,4%. Bila inflasi tahun ini sebesar 9%, maka deposito tidak dapat disebut investasi, karena hasilnya lebih rendah dari inflasi.
"Benar bahwa uang Anda secara fisik bertambah dalam rekening depositonya, namun daya beli uang Anda menurun atau menyusut, karena kenaikan harga-harga lebih tinggi dibandingkan kenaikan nilai aset dalam deposito," ujar Eka. "Karena bunga deposito lebih rendah dari inflasi, maka deposito termasuk tabungan, bukan investasi," lanjut Eka. Jika Anda hanya berinvestasi di deposito yang bunganya lebih rendah dari inflasi, maka dalam jangka panjang aset Anda menjadi kurang berharga karena terkikis inflasi.
Deposito, meski aman dan menjanjikan bunga tinggi dibanding tabungan biasa, imbal hasilnya tergolong paling rendah dibanding istrumen investasi lainnya. Misalnya saja reksadana yang memberikan keuntungan yang fluktuatif. Namun bila Anda peka terhadap risiko, dan Anda tak ingin dipusingkan dengan ancaman fluktuasi harga pasar yang menggerus simpanan pokok Anda, deposito bisa dijadikan pilihan. Tetapi Anda juga tidak bisa melakukan apa pun untuk meningkatkan nilai investasi, karena tidak ada kesempatan bagi Anda untuk terlibat secara langsung dalam pengelolaannya.
Anda yang konservatif, dalam arti tidak menyukai risiko tinggi, dan hanya berniat menabung dalam jangka 1 tahun, deposito merupakan pilihan yang cocok. "Tetapi jangan masukkan aset Anda semuanya ke dalam deposito. Kombinasikan dengan jenis lain yang mampu mengalahkan inflasi, dan pastinya dapat Anda pahami dengan mudah," kata Eka. Untuk Anda yang ingin membuka usaha dan butuh kucuran kredit dari bank, memiliki deposito juga bisa menjadi keuntungan karena bisa dijadikan jaminan dan minim biaya administrasi.
Bila Anda mendapat tawaran bunga sebesar 10% untuk jangka 3-6 bulan misalnya, dan bank sepakat memberikan bunganya di awal, Anda perlu hati-hati. Bisa saja ketika Anda menyetorkan dana dan mendapat bunga di muka, kemudian bank mengalami kebangkrutan, Anda kehilangan dana pokok. "Bila Anda tertarik membuka tabungan deposito, jangan pernah memilih bank untuk deposito atau menabung semata-mata karena tawaran suku bunga yang tinggi (bahkan lebih tinggi dari suku bunga penjamin LPS). Pilihlah bank berdasarkan reputasi, kinerja, dan keamanannya," saran JM Eka Setyawibawa, perencana keuangan dari ABC Conculting.
Meski uang Anda dilindungi oleh LPS, tetapi bila bank mengalami kebangkrutan, proses untuk menarik dana yang dijamin tersebut memerlukan usaha yang menguras kesabaran. Cek lebih dahulu nilai suku bunga penjamin LPS. Kemudian bandingkan dengan bunga deposito yang ditawarkan oleh bank. Bank yang memberikan suku bunga yang sama dengan LPS akan memberikan keamanan finansial pada nasabah, meski nilai keuntungannya tidak terlalu tinggi.
Bukan produk investasi
Bila Anda selalu mendapatkan jawaban 'deposito' saat mencari produk investasi yang paling aman, jangan langsung percaya. Sama seperti tabungan, deposito bukan produk investasi. "Suatu produk keuangan baru bisa dianggap sebagai suatu investasi jika potensi hasil yang bisa didapat melebihi faktor inflasi," kata Eka. Lebih lanjut Eka mencontohkan, jika saat ini deposito 1 tahun menawarkan bunga sebesar 8%, setelah dipotong pajak bunga, bersihnya menjadi 6,4%. Bila inflasi tahun ini sebesar 9%, maka deposito tidak dapat disebut investasi, karena hasilnya lebih rendah dari inflasi.
"Benar bahwa uang Anda secara fisik bertambah dalam rekening depositonya, namun daya beli uang Anda menurun atau menyusut, karena kenaikan harga-harga lebih tinggi dibandingkan kenaikan nilai aset dalam deposito," ujar Eka. "Karena bunga deposito lebih rendah dari inflasi, maka deposito termasuk tabungan, bukan investasi," lanjut Eka. Jika Anda hanya berinvestasi di deposito yang bunganya lebih rendah dari inflasi, maka dalam jangka panjang aset Anda menjadi kurang berharga karena terkikis inflasi.
Deposito, meski aman dan menjanjikan bunga tinggi dibanding tabungan biasa, imbal hasilnya tergolong paling rendah dibanding istrumen investasi lainnya. Misalnya saja reksadana yang memberikan keuntungan yang fluktuatif. Namun bila Anda peka terhadap risiko, dan Anda tak ingin dipusingkan dengan ancaman fluktuasi harga pasar yang menggerus simpanan pokok Anda, deposito bisa dijadikan pilihan. Tetapi Anda juga tidak bisa melakukan apa pun untuk meningkatkan nilai investasi, karena tidak ada kesempatan bagi Anda untuk terlibat secara langsung dalam pengelolaannya.
Anda yang konservatif, dalam arti tidak menyukai risiko tinggi, dan hanya berniat menabung dalam jangka 1 tahun, deposito merupakan pilihan yang cocok. "Tetapi jangan masukkan aset Anda semuanya ke dalam deposito. Kombinasikan dengan jenis lain yang mampu mengalahkan inflasi, dan pastinya dapat Anda pahami dengan mudah," kata Eka. Untuk Anda yang ingin membuka usaha dan butuh kucuran kredit dari bank, memiliki deposito juga bisa menjadi keuntungan karena bisa dijadikan jaminan dan minim biaya administrasi.
Immanuella Rachmani