Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan, yang terjadi ketika konsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan tubuh. Obesitas meliputi beberapa faktor seperti genetik, psikis, dan lingkungan seperti perilaku/pola/ gaya hidup, misalnya apa yang dimakan, berapa kali sehari dia makan, serta apa saja aktivitasnya.
Obesitas kini menjadi masalah yang perlu diwaspadai, tidak hanya bagi orang dewasa tapi juga bagi anak dan remaja. Sebab, konsekuensi dari peningkatan berat badan akan berdampak pada hal lain seperti intoleransi glukosa, dan hipertensi. Berdasarkan data dari New England Journal of Medicine tahun 2010: obesitas, intoleransi glukosa, dan hipertensi pada anak akan menyebabkan kematian usia dini di masa mendatang (di bawah 55 tahun).
Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia tahun 2011 menyebutkan, intoleransi glukosa adalah penyebab yang mendahului timbulnya penyakit diabetes. Intoleransi glukosa diperkenalkan pertama kali pada tahun 2002 oleh Department of Health and Human Services (DHHS), dan The American Diabetes Association (ADA). Setiap tahun, 4-9 persen orang dengan intoleransi glukosa akan menjadi diabetes. Pengidap intoleransi glukosa juga mempunyai risiko timbulnya gangguan kardiovaskular sebesar satu setengah kali lebih tinggi dibanding orang normal.
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas tahun 2010) menunjukkan, sebanyak 19, 6 persen anak di DKI jakarta masuk dalam kategori gemuk (obesitas/kelebihan berat badan). Menurut Dr. Aman B. Pulungan, SpA(K), Ketua 2 Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka obesitas pada anak di Indonesia sudah sampai pada angka yang mengerikan.
“Dari riset yang kami lakukan pada 182 anak dengan obesitas usia 12-15 tahun menunjukkan 3,8 persen mengalami intoleransi glukosa, sedangkan 93,9 persen menujukkan acanthois nigricans, suatu pertanda resistensi insulin yang terlihat pada kulit yang berupa kehitaman di bagian tengkuk, ketikak, dan tangan,” ujar Dr. Aman dalam Media Fasting Break ‘Preventing Obesity in Children’ yang digelar Zespri di Jakarta, pertengahan Juli 2013. Sebagai wujud kepedulian, Zespri juga menggelar kampanye ‘Feel The Difference’, kampanye edukatif untuk konsumsi buah dan sayur.
Ia menambahkan, pada riset lain yang dilakukan pada tahun 2012 terhadap 92 anak obesitas usia 12-15 tahun, sebanyak 8,7 persen mengalami intoleransi glukosa, dan 71,7 persen menunjukkan acanthosis nigricans. Hasil riset tersebut menyimpulkan bahwa anak yang obesitas memiliki kecenderungan mengalami resisteni insulin yang mengarah pada diabetes. Dari data registry IDAI juga ditemukan kejadian diabetes tipe 2 pada anak cenderung naik di bulan Juni-Juli dan Desember-Januari, yang merupakan masa liburan panjang bagi anak sekolah.
Untuk itu, orang tua disarankan menjaga asupan nutrisi anak, terutama di masa-masa liburan sekolah. Sebab, obesitas seringkali disebabkan oleh asupan makanan anak yang tidak terkontrol, terutama makanan cepat saji dan tinggi lemak.
Berikut tip dari Dr. Aman yang bisa dilakukan untuk mencegah obesitas pada anak:
1. Konsumsi buah (salah satunya Kiwi) 2 porsi sehari, dan sayur 5 porsi sehari.
2. Jangan duduk lebih dari 2 jam.
3. Lakukan aktivitas fisik minimal satu jam setiap hari.
4. Melakukan olahraga selama 20 menit sebanyak 3 kali seminggu.
5. Batasi konsumsi gula, dan lebih banyak minum air mineral.
Obesitas kini menjadi masalah yang perlu diwaspadai, tidak hanya bagi orang dewasa tapi juga bagi anak dan remaja. Sebab, konsekuensi dari peningkatan berat badan akan berdampak pada hal lain seperti intoleransi glukosa, dan hipertensi. Berdasarkan data dari New England Journal of Medicine tahun 2010: obesitas, intoleransi glukosa, dan hipertensi pada anak akan menyebabkan kematian usia dini di masa mendatang (di bawah 55 tahun).
Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia tahun 2011 menyebutkan, intoleransi glukosa adalah penyebab yang mendahului timbulnya penyakit diabetes. Intoleransi glukosa diperkenalkan pertama kali pada tahun 2002 oleh Department of Health and Human Services (DHHS), dan The American Diabetes Association (ADA). Setiap tahun, 4-9 persen orang dengan intoleransi glukosa akan menjadi diabetes. Pengidap intoleransi glukosa juga mempunyai risiko timbulnya gangguan kardiovaskular sebesar satu setengah kali lebih tinggi dibanding orang normal.
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas tahun 2010) menunjukkan, sebanyak 19, 6 persen anak di DKI jakarta masuk dalam kategori gemuk (obesitas/kelebihan berat badan). Menurut Dr. Aman B. Pulungan, SpA(K), Ketua 2 Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka obesitas pada anak di Indonesia sudah sampai pada angka yang mengerikan.
“Dari riset yang kami lakukan pada 182 anak dengan obesitas usia 12-15 tahun menunjukkan 3,8 persen mengalami intoleransi glukosa, sedangkan 93,9 persen menujukkan acanthois nigricans, suatu pertanda resistensi insulin yang terlihat pada kulit yang berupa kehitaman di bagian tengkuk, ketikak, dan tangan,” ujar Dr. Aman dalam Media Fasting Break ‘Preventing Obesity in Children’ yang digelar Zespri di Jakarta, pertengahan Juli 2013. Sebagai wujud kepedulian, Zespri juga menggelar kampanye ‘Feel The Difference’, kampanye edukatif untuk konsumsi buah dan sayur.
Ia menambahkan, pada riset lain yang dilakukan pada tahun 2012 terhadap 92 anak obesitas usia 12-15 tahun, sebanyak 8,7 persen mengalami intoleransi glukosa, dan 71,7 persen menunjukkan acanthosis nigricans. Hasil riset tersebut menyimpulkan bahwa anak yang obesitas memiliki kecenderungan mengalami resisteni insulin yang mengarah pada diabetes. Dari data registry IDAI juga ditemukan kejadian diabetes tipe 2 pada anak cenderung naik di bulan Juni-Juli dan Desember-Januari, yang merupakan masa liburan panjang bagi anak sekolah.
Untuk itu, orang tua disarankan menjaga asupan nutrisi anak, terutama di masa-masa liburan sekolah. Sebab, obesitas seringkali disebabkan oleh asupan makanan anak yang tidak terkontrol, terutama makanan cepat saji dan tinggi lemak.
Berikut tip dari Dr. Aman yang bisa dilakukan untuk mencegah obesitas pada anak:
1. Konsumsi buah (salah satunya Kiwi) 2 porsi sehari, dan sayur 5 porsi sehari.
2. Jangan duduk lebih dari 2 jam.
3. Lakukan aktivitas fisik minimal satu jam setiap hari.
4. Melakukan olahraga selama 20 menit sebanyak 3 kali seminggu.
5. Batasi konsumsi gula, dan lebih banyak minum air mineral.
Tenni Purwanti