Tiga bulan lalu, bos saya pensiun. Penggantinya seorang gadis 28 tahun dari Jakarta, lulusan Amerika. Harus diakui, pemikiran-pemikirannya memang cerdas dan progresif. Dalam hati, saya kagum padanya. Tapi, jujur saja, saya agak 'terganggu' dengan sikapnya yang agresif dan cara bicaranya yang 'dar-der-dor'. Terlalu 'maju' bagi saya yang terbiasa menjaga perasaan orang lain. Apalagi selama ini saya termasuk dituakan di kantor. Akibatnya saya bersikap menjauh darinya.
Nyatanya, kolega-kolega saya yang lebih muda justru bersemangat menyambut sang bos baru. Mereka senang karena kini diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat di rapat, bahkan boleh mengkritik usulan-usulan si bos bila dianggap kurang tepat. Hal yang sebelumnya hampir mustahil terjadi di kantor kami.
Akhirnya, saya berusaha memahami bahwa dunia memang bergerak ke depan, bukan ke belakang. Saya mencoba introspeksi bahwa bisa jadi sayalah yang jadul dan tak mau menerima perubahan. Sekarang, perlahan-lahan saya mulai membuka diri dan menerima perubahan itu dengan besar hati.
Nyatanya, kolega-kolega saya yang lebih muda justru bersemangat menyambut sang bos baru. Mereka senang karena kini diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat di rapat, bahkan boleh mengkritik usulan-usulan si bos bila dianggap kurang tepat. Hal yang sebelumnya hampir mustahil terjadi di kantor kami.
Akhirnya, saya berusaha memahami bahwa dunia memang bergerak ke depan, bukan ke belakang. Saya mencoba introspeksi bahwa bisa jadi sayalah yang jadul dan tak mau menerima perubahan. Sekarang, perlahan-lahan saya mulai membuka diri dan menerima perubahan itu dengan besar hati.
Ika Purnami – Solo