Menurunnya aktivitas gerak yang cukup signifikan juga membuat orang tua tidak gampang merasa haus. Bahkan banyak orang tua yang menderita Alzheimer kehilangan kemampuan untuk merasakan haus. Kalau kondisi ini terabaikan dalam jangka waktu panjang, jangan heran kalau orang tua kita tahu-tahu didiagnosis menderita dehidrasi! Kekurangan serat juga akan membuat orang tua banyak diserang konstipasi (sulit buang air besar). Bila berlangsung terus menerus, kondisi sulit BAB ini bisa memicu penyakit wasir atau bahkan kanker usus. Sedangkan bila kekurangan kalsium, osteoporosis akan lebih mudah menyerang tulang mereka.
Diet yang terlalu ketat juga berisiko tinggi membuat orang tua mengalami malnutrisi. Apalagi biasanya orang tua suka bersikap berlebihan dalam menerapkan aturan diet dan pantangan-pantangan dari dokter. “Misalnya, kalau dokter menganjurkan agar mengurangi konsumsi garam, mereka akan berhenti makan garam sama sekali. Padahal bila tubuh kekurangan garam (Natrium), orang bisa mendadak pingsan bahkan koma,” Dr. Nina menjelaskan. Rupanya itu pula yang terjadi pada ibunda Erina. “Karena punya bakat darah tinggi, sejak usia 60-an Mama sudah melakukan diet garam, juga diet gula. Mama mengatur dietnya sendiri tanpa konsultasi ke dokter, dan makin lama dietnya juga makin ekstrem. Mama nyaris tidak mau ada garam atau gula pada makanan dan minumannya,” kata Erina.
Karena itu, selain rutin berkonsultasi ke dokter untuk menangani penyakit-penyakit yang diderita orang tua kita, ada baiknya kita juga berkonsultasi ke dokter ahli nutrisi untuk memperbaiki status nutrisi mereka, agar mereka bisa menjalani sisa hidup dengan sehat dan berkualitas. Selain itu, bila kita melihat orang tua kita yang biasanya aktif mulai menunjukkan perubahan perilaku, misalnya menjadi malas melakukan apa pun, bersikap pasif, atau menjadi rewel tanpa alasan, jangan kita lantas menjadi emosional atau sekadar mengeluh. “Cobalah cari tahu ada apa di baliknya, termasuk dari kondisi nutrisinya sehari-hari,” saran Dr. Nina.