Bila kebetulan Anda melintas di daerah Perintis Kemerdekaan Jakarta Utara yang menuju Pulo Gadung, di sisi kiri Anda akan mendapatkan bangunan yang sekilas mirip gedung pertemuan Batak. Banyak yang tak menyangka bila bangunan tersebut adalah Gereja Toraja Jemaat Kota. Gereja Protestan yang diresmikan oleh Laksamana Madya TNI AL Widodo AS mengacu pada arsitek rumah adat masyarakat Toraja.
Mengapa harus Tongkonan? Salah satu alasan terpenting adalah upaya berteologi secara kontekstual. Dalam hal ini, pesan keagamaan dapat lebih dipahami dan menyatu sebab disampaikan dengan buadya masyarakat Toraja. Dari sisi filosofi, Tongkonan merupakan pemersatu keluarga sehingga di tengah segala kesibukan di tempat perantauan, Tongkonan dapat menjadi tempat berkumpulnya segenap keluarga. Meski demikian, gereja ini terbuka bagi masyarakat dari daerah lain, ibadah pun dilakukan dalam Bahasa Indonesia.
Bagian paling menarik perhatian mata dari gereja ini adalah ujung atap bagian depan dan belakang gereja ini runcing seperti tanduk kerbau. Kepala kerbau atau kabongngo’ merupakan simbol khas Toraja, kepala kerbau artifisial yang terletak di bagian ujung depan dan belakang gereja. Kepala kerbau menandakan kesejahteraan sosial ekonomi. Selain itu, ukuran kayu katik atau profil kepala ular yang menyerupai kepala ayam jantan juga terdapat di atas kepala kerbau ini melambangkan kebesaran dan kebangsawanan. Selain itu, tidak kurang terdapat 36 motif ukiran Toraja di Tongkonan ini.
Dinding luar gereja ini penuh dengan motif hias khas Toraja dengan dasar warna hitam. Pintu-pintu kayu lebar dan besar semakin mengkokohkan bangunan gereja ini. Interior gereja ini mengandung identitas budaya yang kental yakni ragam hias Toraja tanpa warna, yaitu passura’ rangke. Di bagian dalam gereja yang berlantai tiga sendiri di dominasi elemen kayu, mulai dari mimbar hingga tempat duduk umat.
Bangunan Tongkonan ini memiliki tiga lantai. Lantai paling dasar digunakan untuk ruang pertemuan dan sering digunakan oleh berbagai etnis masyarakat, khususnya pernikahan Batak. Lantai dua, terdapat ruangan kecil yaitu, ruang konsistori. Ruang dimana majelis gereja berkumpul sebelum ibadah dimulai. Lantai ketiga barulah ruang gereja dengan lukisan mozaik pada kaca jendelanya.
Mengapa harus Tongkonan? Salah satu alasan terpenting adalah upaya berteologi secara kontekstual. Dalam hal ini, pesan keagamaan dapat lebih dipahami dan menyatu sebab disampaikan dengan buadya masyarakat Toraja. Dari sisi filosofi, Tongkonan merupakan pemersatu keluarga sehingga di tengah segala kesibukan di tempat perantauan, Tongkonan dapat menjadi tempat berkumpulnya segenap keluarga. Meski demikian, gereja ini terbuka bagi masyarakat dari daerah lain, ibadah pun dilakukan dalam Bahasa Indonesia.
Bagian paling menarik perhatian mata dari gereja ini adalah ujung atap bagian depan dan belakang gereja ini runcing seperti tanduk kerbau. Kepala kerbau atau kabongngo’ merupakan simbol khas Toraja, kepala kerbau artifisial yang terletak di bagian ujung depan dan belakang gereja. Kepala kerbau menandakan kesejahteraan sosial ekonomi. Selain itu, ukuran kayu katik atau profil kepala ular yang menyerupai kepala ayam jantan juga terdapat di atas kepala kerbau ini melambangkan kebesaran dan kebangsawanan. Selain itu, tidak kurang terdapat 36 motif ukiran Toraja di Tongkonan ini.
Dinding luar gereja ini penuh dengan motif hias khas Toraja dengan dasar warna hitam. Pintu-pintu kayu lebar dan besar semakin mengkokohkan bangunan gereja ini. Interior gereja ini mengandung identitas budaya yang kental yakni ragam hias Toraja tanpa warna, yaitu passura’ rangke. Di bagian dalam gereja yang berlantai tiga sendiri di dominasi elemen kayu, mulai dari mimbar hingga tempat duduk umat.
Bangunan Tongkonan ini memiliki tiga lantai. Lantai paling dasar digunakan untuk ruang pertemuan dan sering digunakan oleh berbagai etnis masyarakat, khususnya pernikahan Batak. Lantai dua, terdapat ruangan kecil yaitu, ruang konsistori. Ruang dimana majelis gereja berkumpul sebelum ibadah dimulai. Lantai ketiga barulah ruang gereja dengan lukisan mozaik pada kaca jendelanya.
Gereja Toraja Jemaat Kota
Jl. Boulevard BGR No. 20, Kelapa Gading, Jakarta Utara
Monika Erika