Satu hal terpenting untuk disadari bahwa sepanjang Anda memiliki rumah kedua, maka untuk selanjutnya Anda akan memiliki pengeluaran rutin untuk biaya perawatan rumah tersebut. Seperti yang dialami Humiati, selama 10 tahun istri pensiunan dosen ITB ini menyewakan rumah keduanya. Namun, setiap tahunnya ia harus mengeluarkan biaya perawatan yang tak sedikit untuk memperbaikinya. Padahal dulu ia berharap, setelah rumah dikontrakkan semua beres, dan dia tinggal duduk manis menerima hasilnya. Ternyata setiap habis masa kontrak, ada saja bagian rumah yang rusak, bahkan hilang, sehingga ia terpaksa mengeluarkan dana ekstra untuk menggantinya. Alih-alih mendapatkan keuntungan, yang ada ia lebih sering 'nombok'.
Dalam membisniskan rumah kedua, kita perlu paham aturan mainnya. "Jika kita membeli rumah dengan tujuan investasi, sebaiknya desain rumah dibuat mengikuti selera pasar dan pemilihan lokasinya cukup strategis," Her Pramtama, arsitek dari US&P Architects, menyarankan.
Sri Hartini mungkin bisa dijadikan contoh. Sebelum memasuki masa pensiun, ibu satu anak ini sudah merencanakan betul niatnya membisniskan rumah keduanya. Pengalamannya bekerja di Unicef selama puluhan tahun memberinya ide untuk menyewakan rumahnya kepada ekspatriat. Selain mereka umumnya taat aturan yang disepakati, uang sewanya juga dibayar dalam dolar.
Beruntung dulu ia memilih lahan di daerah Cilandak, lokasi tiinggal favorit ekspatriat di Jakarta. "Desain rumah saya buat minimalis, karena mereka umumnya lebih suka rumah tanpa sekat. Ada halaman yang cukup luas, lengkap dengan kolam renang. Yang paling penting adalah menjaga kebersihannya, karena mereka sangat peduli akan hal itu," ungkap Sri yang juga bersuamikan orang asing. Selain itu juga harus senantiasa memberikan kualitas servis yang memuaskan. "Kalau dikomplain juga harus segera ditanggapi."