Merawat orang tua, terutama yang sudah sakit-sakitan atau sangat rewel, tentu bukan tugas yang ringan. Oleh karena itu, semua anak-anaknya harus dilibatkan untuk ikut merawat dan mendampingi. Idealnya setiap anak bergantian merawat, tapi kadang-kadang kondisi yang ada tidak memungkinkan. Misalnya, ada anak yang tinggal di luar kota/luar negeri, atau ada yang memiliki anak berkebutuhan khusus sehingga tidak bisa ikut merawat.
“Kalau sudah begitu, semua saudara harus duduk bersama dan buatlah kesepakatan tentang pembagian tugas yang adil, termasuk dalam urusan biaya perawatan. Misalnya, anak yang rumahnya ‘ketitipan’ orang tua –apalagi kalau kondisi ekonominya juga pas-pasan— bisa dibebaskan dari urusan keuangan. Sementara anak yang paling berada atau anak yang tinggal di luar kota dibebankan biaya lebih besar. Pokoknya, jangan sampai ada anak yang kelebihan beban, sementara anak yang lain relatif terbebas dari tugas. Tapi yang pasti, tidak boleh ada alasan tidak bisa ikut merawat orang tua karena sibuk, karena semua orang juga sibuk,” tegas Dewi Dewo, psikolog dan mental health therapist.
Pembagian tugas yang sama juga berlaku bila orang tua bersikeras ingin hidup sendiri di rumahnya, tak mau ikut dengan anak. Apalagi kalau mereka tinggal di kota yang berbeda dengan kota tempat tinggal anak-anaknya. “Kondisi ini juga tidak kalah memusingkan bagi anak-anaknya, terutama kalau orang tua semakin sepuh dan mulai sakit-sakitan,” kata Dewi, yang ibundanya juga keukeuh ingin hidup sendirian di rumahnya, tanpa ditemani siapa pun, termasuk pembantu. Bila keuangan memungkinkan, tak ada salahnya mendaftarkan orang tua untuk ikut asuransi hari tua. Apalagi sekarang sudah ada jenis asuransi kesehatan yang bersedia meng-cover orang tua sampai usia 90 tahun, meskipun preminya mahal.