
Memang pada awalnya terasa menyebalkan. Bayangkan, bos baru itu cukup muda untuk menjadi anak Anda! Tapi apa mau dikata. Seperti dikatakan seorang petinggi sebuah organisasi industri di Virginia, Amerika Serikat, “Di seluruh dunia, angkatan kerja semakin lama semakin muda. Bila sekarang ini Anda belum memiliki bos muda, bisa saja hal itu terjadi bulan depan atau tahun depan.”
Karyawan lama, termasuk Anda, mungkin terusik egonya karena merasa Andalah yang seharusnya naik pangkat dan menduduki jabatan si bos muda. Bukankah Anda sudah lebih berpengalaman? “Banyak karyawan lama merasa berhak karena menganggap dirinya sudah banyak berjasa pada perusahaan,” ujar seorang kepala HRD sebuah perusahaan di New York. Namun apa boleh buat, si anak muda itulah yang terpilih.
“Manajemen yang baik adalah manajemen yang baik,” ujar David Sirota, pemilik Sirota Survey Intelligence, konsultan di New York. “Sekalipun mula-mula ada tentangan ketika seorang muda diangkat untuk memimpin karyawan-karyawan yang lebih tua, yang paling penting adalah kompetensi si manajer muda.” Kemampuan tidak mengenal usia, begitu dia menekankan.
Bukan berarti, bos muda itu enak-enakan saja. Dalam film “In Good Company” digambarkan kesulitan seorang bos muda dalam mengepalai ayah kekasihnya. Memang cuma sekedar fiksi, namun kenyataannya tak jauh berbeda. Presiden sebuah perusahaan konsultasi di Colorado, AS pernah mengungkapkan, bos muda yang mengepalai staf yang lebih tua mengalami masalah yang pelik. Kata pakar ini, situasi seperti ini menciptakan ‘prasangka antar generasi’ karena peran ‘orang tua’ dan ‘anak’ berlaku terbalik. “Orang tua menjadi anak dan anak menjadi orang tua,” katanya. “Tak heran kalau terasa janggal bagi kedua pihak.”
Seorang bos lain menuturkan pengalamannya clash dengan karyawan yang lebih tua saat ia berusia 34 tahun dan karyawan itu 50-an, ketika mereka sedang membicarakan strategi presentasi yang penting. “Selama ini aku mengutamakan sikap respek pada orang yang lebih tua, maka pada waktu itu aku menghadapi konflik batin,” tuturnya. “Aku tidak mau membuatnya patah semangat, tapi aku terpaksa mengatakan padanya bahwa demi kebaikan perusahaan ia harus berubah sikap.”
Beradaptasi, itu tugas Anda
Banyak hal menjengkelkan berawal dari persepsi. Salah satunya, bos muda lebih suka berkomunikasi secara instan lewat e-mail bahkan SMS, sedangkan karyawan lama terbiasa berkomunikasi gaya tatap muka. Bos muda lebih mementingkan hasil sedangkan karyawan lama menekankan perlunya proses.
Ada contoh unik dari praktek sehari-hari: Bos muda suka makan siang di luar selama satu dua jam -- bisa jadi sambil entertain klien -- atau memanfaatkan waktu makan siang dengan berlatih fisik di gym. Karyawan lama menganggap dia seenaknya dan tidak mematuhi peraturan kantor, sekalipun untuk menebus waktu yang ‘terbuang’ itu si bos muda rela bekerja sampai larut malam.
Untuk menyamakan persepsi, hal-hal penting sebaiknya didiskusikan. Bos muda biasanya suka mengadakan rapat bersama staf untuk mendiskusikan ekspektasi dan target-target perusahaan. Dalam kesempatan ini karyawan perlu menghadapinya dengan berbekal sikap positif. Hindari menyebutnya ‘anak muda’ atau menyebut diri sendiri ‘kawakan’. Hindari pula ‘bernostalgia’ tentang kesuksesan masa lalu atau menyebutkan, bagaimana sesuatu ditanggulangi di masa lalu. Kecuali diminta, tentunya. Hadapi situasi Anda sekarang seperti menghadapi bos baru mana pun, tak peduli tua ataupun muda. Bagaimanapun, adalah tugas Anda untuk beradaptasi dengan bos, bukan sebaliknya.
Siapa tahu di bawah pimpinan bos muda ini, dengan ide-ide barunya yang segar dan kesediaannya belajar dari sumber mana pun termasuk Anda, Anda justru bisa lebih berkembang lagi. Bukankah meminjam istilah Sirota, kemampuan tidak mengenal usia?
Karyawan lama, termasuk Anda, mungkin terusik egonya karena merasa Andalah yang seharusnya naik pangkat dan menduduki jabatan si bos muda. Bukankah Anda sudah lebih berpengalaman? “Banyak karyawan lama merasa berhak karena menganggap dirinya sudah banyak berjasa pada perusahaan,” ujar seorang kepala HRD sebuah perusahaan di New York. Namun apa boleh buat, si anak muda itulah yang terpilih.
“Manajemen yang baik adalah manajemen yang baik,” ujar David Sirota, pemilik Sirota Survey Intelligence, konsultan di New York. “Sekalipun mula-mula ada tentangan ketika seorang muda diangkat untuk memimpin karyawan-karyawan yang lebih tua, yang paling penting adalah kompetensi si manajer muda.” Kemampuan tidak mengenal usia, begitu dia menekankan.
Bukan berarti, bos muda itu enak-enakan saja. Dalam film “In Good Company” digambarkan kesulitan seorang bos muda dalam mengepalai ayah kekasihnya. Memang cuma sekedar fiksi, namun kenyataannya tak jauh berbeda. Presiden sebuah perusahaan konsultasi di Colorado, AS pernah mengungkapkan, bos muda yang mengepalai staf yang lebih tua mengalami masalah yang pelik. Kata pakar ini, situasi seperti ini menciptakan ‘prasangka antar generasi’ karena peran ‘orang tua’ dan ‘anak’ berlaku terbalik. “Orang tua menjadi anak dan anak menjadi orang tua,” katanya. “Tak heran kalau terasa janggal bagi kedua pihak.”
Seorang bos lain menuturkan pengalamannya clash dengan karyawan yang lebih tua saat ia berusia 34 tahun dan karyawan itu 50-an, ketika mereka sedang membicarakan strategi presentasi yang penting. “Selama ini aku mengutamakan sikap respek pada orang yang lebih tua, maka pada waktu itu aku menghadapi konflik batin,” tuturnya. “Aku tidak mau membuatnya patah semangat, tapi aku terpaksa mengatakan padanya bahwa demi kebaikan perusahaan ia harus berubah sikap.”
Beradaptasi, itu tugas Anda
Banyak hal menjengkelkan berawal dari persepsi. Salah satunya, bos muda lebih suka berkomunikasi secara instan lewat e-mail bahkan SMS, sedangkan karyawan lama terbiasa berkomunikasi gaya tatap muka. Bos muda lebih mementingkan hasil sedangkan karyawan lama menekankan perlunya proses.
Ada contoh unik dari praktek sehari-hari: Bos muda suka makan siang di luar selama satu dua jam -- bisa jadi sambil entertain klien -- atau memanfaatkan waktu makan siang dengan berlatih fisik di gym. Karyawan lama menganggap dia seenaknya dan tidak mematuhi peraturan kantor, sekalipun untuk menebus waktu yang ‘terbuang’ itu si bos muda rela bekerja sampai larut malam.
Untuk menyamakan persepsi, hal-hal penting sebaiknya didiskusikan. Bos muda biasanya suka mengadakan rapat bersama staf untuk mendiskusikan ekspektasi dan target-target perusahaan. Dalam kesempatan ini karyawan perlu menghadapinya dengan berbekal sikap positif. Hindari menyebutnya ‘anak muda’ atau menyebut diri sendiri ‘kawakan’. Hindari pula ‘bernostalgia’ tentang kesuksesan masa lalu atau menyebutkan, bagaimana sesuatu ditanggulangi di masa lalu. Kecuali diminta, tentunya. Hadapi situasi Anda sekarang seperti menghadapi bos baru mana pun, tak peduli tua ataupun muda. Bagaimanapun, adalah tugas Anda untuk beradaptasi dengan bos, bukan sebaliknya.
Siapa tahu di bawah pimpinan bos muda ini, dengan ide-ide barunya yang segar dan kesediaannya belajar dari sumber mana pun termasuk Anda, Anda justru bisa lebih berkembang lagi. Bukankah meminjam istilah Sirota, kemampuan tidak mengenal usia?