![](https://www.pesona.co.id/img/images_tiny/1167.jpg)
Michelle May, MD, dokter dari Amerika Serikat dan penulis buku Eat What You Love, Love What You Eat, menjelaskan bahwa diet justru menyebabkan orang memiliki pola pikir dan kebiasaan yang negatif terhadap makan dan makanan. Setiap kali mau menyuap makanan, di kepala kita sibuk menghitung berapa banyak kalori yang akan masuk, dan merasa sangat bersalah ketika suatu kali kita tak sanggup menahan godaan menyantap makanan yang 'terlarang', seperti cokelat, es krim, pizza. Padahal itu semua makanan favorit kita sejak kecil. Akhirnya makan bukan lagi sesuatu yang menyenangkan. Bahkan pada orang-orang tertentu, kondisi ini bisa menjadi tak terkendali dan ekstrem, menjadi sebuah gangguan perilaku yang serius. Sebut saja pengidap bulimia yang sengaja memuntahkan kembali semua makanan yang mereka makan, atau penderita anoreksia yang 'takut' terhadap makanan karena takut gemuk.
Menurut Reza, tubuh sesungguhnya memiliki sistem penyeimbang tersendiri. Saat kita kekurangan makan, tubuh kehilangan berat. Saat terlalu banyak makan, berat tubuh pun meningkat. Selama ini banyak orang mengira bahwa untuk menjaga berat badan seimbang, kita harus diet alias membatasi makan dan berpantang makanan tertentu. Padahal, kata Reza, kalau kita mau melakukan (profesi) makan dengan cara yang benar, kita tidak perlu memusingkan efek makanan tersebut.
Mungkin selama ini kita terbiasa makan tanpa sadar atau cenderung otomatis. Atau menganggap bahwa kita harus makan pada jam-jam tertentu. "Siapa bilang kita harus makan siang pukul 12 dan makan malam pukul 6 sore? Untuk urusan makan, bukan waktu yang menjadi patokan, tetapi tubuh kita. Hanya saja, tidak banyak orang yang peka menangkap sinyal 'lapar' dari tubuh kita," tutur Sony Jethnani, Life Coach dan guru meditasi dari Brahma Kumaris. Setiap orang memiliki metabolisme tubuh yang berbeda, sehingga waktu lapar mereka pun berbeda. Ada orang yang hanya butuh makan 'berat' sekali sehari, ada yang harus makan lebih sering karena punya masalah asam lambung. Atau, ada yang makan larut malam karena mereka memang pekerja malam. "Jadi kegiatan makan itu sangat peronal sifatnya," tambah wanita berdarah India ini.