Belanja secara online memiliki karakter –juga keasyikan-yang berbeda dibandingkan belanja secara konvensional. Bagi sebagian orang, belanja secara online dianggap kurang seru. Seasyik-asyiknya memilih barang di depan komputer, tetap saja rasanya kurang mantap kalau tangan tidak secara langsung membolak-balik dulu barang yang akan –atau tak jadi- dibeli. Selain itu, kita juga bisa mengepas langsung baju dan sepatu ke tubuh dan kaki kita. Itulah antara lain inti kenikmatan berbelanja.
Namun, faktor keamanan dalam transaksi juga sering menjadi alasan orang enggan berbelanja secara online. Apalagi bila mengingat masih kacau balaunya tingkat keamanan sistem online di negeri kita. Jangan-jangan uang sudah terkirim, barang tak pernah datang. Atau, barang yang dikirim ternyata tidak sesuai yang ditawarkan dan kita harus menjalani proses berbelit-belit untuk menukarnya. Atau bila transaksi dilakukan dengan kartu kredit, jangan-jangan kode rahasia keamanan kartu kredit kita dijebol orang.
Kalau masih ragu bertransaksi dengan kartu kredit secara online, tak ada salahnya Anda mencoba dulu sistem cash on delivery (COD). Ini adalah sistem pembayaran di tempat, yaitu konsumen baru membayar setelah barang diterima. Dengan demikian, kita diberi kesempatan untuk mengecek dulu barang yang diterima, apakah sesuai dengan barang yang dipesan, atau apakah dalam keadaan yang sempurna (tidak rusak). Bila itu pilihan Anda, pastikan toko online tersebut mempunyai layanan COD. Jika tidak tersedia layanan tersebut, coret saja toko itu dari daftar Anda. Pastikan pula toko tersebut mencantumkan aturan tertulis bahwa barang yang tak sesuai dengan pesanan boleh dikembalikan/ditukar.
Pembelian secara COD ini tak hanya menghindarkan penipuan yang berkaitan dengan kualitas barang, tapi juga meminimalisi salah ukuran. Maklum, ukuran X-M-L pada satu merek terkadang berlainan dengan merek lain. Meskipun biasanya spesifikasi dan ukuran barang tertera dengan jelas di layar monitor (seperti dimensi tas atau panjang dan lebar baju), tapi fakta di lapangan bisa saja tak sesuai.
Selain sistem bayar di tempat, range harga juga bisa digunakan untuk menghindari risiko tertipu. Isyana Kencana, seorang corporate secretary misalnya, sering menerapkan hal ini saat berbelanja online. Jika harganya Rp 300 ribu ke bawah, ia berani melakukan transaksi tanpa melihat barangnya terlebih dahulu. Tapi jika harganya lebih dari itu, biasanya ia memilih belanja di toko konvensional saja. Dengan begitu ia bisa lebih teliti ‘memelototi' setiap bagian barang, kalau perlu mengepasnya dulu.
Saran senada diberikan oleh Iim Fahima Jahja, CEO Virtual Consulting. Ia menganjurkan agar konsumen sebaiknya melihat langsung barang yang akan dibeli jika harganya mahal. “Kalau mau beli tas, misalnya, saya harus melihat barangnya dulu didepan mata, bukan sekadar di layar komputer,” Iim memberikan kiatnya.
Selain harga, hal yang juga bisa Anda jadikan patokan kredibilitas toko online. Caranya dengan memerhatikan testimoni dari para konsumen. Testimoni ini biasanya tercantum (dan sengaja dicantumkan) oleh pihak penjual untuk lebih meyakinkan calon pembelinya. Tapi, tentunya testimoni tersebut sudah disaring dulu. Yang positif dipasang, yang negatif disensor. Karena itu, ada baiknya Anda juga mencari info tambahan tentang kredibilitas suatu toko online dengan mencarinya di mesin pencari. Toko yang bermasalah pasti ada jejak rekamnya di internet dan tidak bisa disembunyikan oleh pemilik toko.
Jika Anda bermaksud bertransaksi menggunakan kartu kredit, pastikan juga toko online dan sistem pendukungnya benar-benar kompeten dan terpercaya. Misalnya, e-bay, amazon.com, dan airasia, yang kredibilitasnya terjamin. Transaksi melalui sistem yang terjamin, misalnya dengan pembayaran melalui perantara Paypal atau E-gold, juga bisa memberi rasa aman pada konsumen, karena penjual tidak bisa melihat nomor kartu kredit Anda.
Selamat berbelanja online!