Ada dua jenis upacara kematian. Yang pertama, Disili, terhitung paling sederhana, biasanya untuk rakyat kebanyakan, dan cukup dilakukan satu kali, yaitu saat jenasah akan dimakamkan. Bahkan, kalau tak sanggup potong kerbau, memotong 2-3 ekor babi pun cukup.
Yang lain adalah upacara Ma' posonglo, biasanya diselenggarakan oleh keluarga bangsawan atau keluarga kaya dan berpengaruh. Upacara inilah yang biasanya menguras banyak uang –mirip dengan upacara ngaben bangsawan di Bali-- karena harus dilakukan dua kali. Pertama, saat jenasah akan disimpan di rumah (sambil menunggu saat dimakamkan), dan kedua, saat jenasah akan dimakamkan. Pada upacara yang terakhir inilah diadakan sederet ritual, dari pembungkusan jenasah dengan kain warna merah dan emas, pengusungan keranda tinggi-tinggi (lakkian), adu kerbau, tari-tarian adat (ma' badong), dan puncaknya adalah upacara potong kerbau (sisemba).
Makin tinggi derajat jenasah, jumlah kerbau yang dipotong pun makin banyak, bahkan ada yang mencapai 24 ekor, belum lagi puluhan babi (dagingnya kemudian dibagikan ke seluruh penduduk kampung dan sanak kerabat). Upacara menebas kepala kerbau inilah yang kerap menjadi atraksi yang ditunggu-tunggu oleh para wisatawan, bahkan sampai dimasukkan ke dalam agenda wisata nasional. Keahlian dan harga diri seorang penebas kepala kerbau (toma' tinggoro tedong) juga dipertaruhkan dalam upacara ini. Karena mereka dituntut untuk bisa menebas kepala kerbau sampai mati hanya dalam satu sebatan pisau.
Karena mahalnya biaya upacara kematian ini pula, menurut Ayumi Tanggo, redaksi Pesona yang asli Toraja, banyak penduduk Toraja terbelit utang. Celakanya, kadang utang itu tidak sengaja mereka buat sendiri, melainkan karena 'dipaksa'. Sebagai contoh, Anda tak boleh menolak bila ada tetangga menyumbang seekor kerbau untuk upacara kematian orang tua Anda. Tapi, sumbangan itu tidak cuma-cuma, karena pada saat ada anggota keluarga sang penyumbang yang meninggal, Anda wajib membayar utang satu ekor kerbau pula! Nah, repot, kan?

Setelah beristirahat sebentar di bukit Batutumonga untuk menikmati pemandangan alam yang luar biasa indah dari puncak bukit sambil menyantap durian hutan Toraja –yang saat itu baru mulai musim-- kami mengakhiri perjalanan dengan mengunjungi situs purbakala Bori' Parindung, di Kecamatan Sesean. Menurut catatan yang tertulis di papan informasi, situs ini berdiri sekitar tahun 1717.