Dengan kreativitas, ia mengubah kain perca menjadi tas bernilai tinggi.
Tidak ada kata terlambat dalam memperjuangkan passion yang kita cinta. Tengok saja Nagawati Surya—yang akrab dipanggil Hana. Di usia 51 tahun, ia memulai bisnis kerajinan tangan. Menjahit adalah hobinya sejak kecil. Hatinya selalu takjub saat sang ibu yang berprofesi sebagai penjahit mengubah kain menjadi baju nan indah. Saat SD, Hana berinisiatif membuat baju boneka dengan sisa bahan.
Bisnis ini mengalir begitu saja. Lama tinggal di Singapura, Hana kembali ke Indonesia pada 2013. Saat itu Hana diajak sepupunya—desainer Dina Midiani—yang saat itu Direktur Indonesia Fashion Week untuk membantu. Dari Dina juga, Hana belajar soal mengolah kain bekas. Mulanya Hana menjadi liaison officer. Baru pada Indonesia Fashion Week 2015, Hana membuat suvenir berupa tas dari kain bekas sisa desainer, untuk dibagikan kepada wartawan
Sejak itu, lahirlah Threadapeutic yang menghadirkan kerajinan tangan, seperti tas dan hiasan dinding. Uniknya, semua barang terbuat dari kain perca bekas yang dijahit dengan rapat, kemudian disisir sehingga tampak berbulu—sebuah teknik yang bernama faux chenille. Selain itu, kain perca dikombinasikan dengan kayu lantung, spanduk, atau karung bekas.
Ada apa dengan kain bekas? “Banyak potensi dari kain bekas. Pertama, hemat biaya. Kedua, mengurangi sampah,” kisah Hana. Hingga kini, kain-kain bekas didapat Hana secara gratis. Ada yang dari desainer, ada juga yang berasal dari pabrik garmen. Konsep daur ulang kain ini disebut Hana sebagai upcycle yang artinya mengolah barang bekas menjadi benda baru bernilai tinggi.
Diakui Hana, koleksinya lebih banyak diminati orang asing. “Mereka sampai kaget. Tadinya dikiranya bahan yang ditenun. Terus saya bilang, ‘Nggak, ini, kan, perca yang disusun, dijahit, digunting, disikat, sehingga keliatannya seperti ditenun’,” ujar Hana yang rutin mengikuti bazar sekurangnya sebulan sekali.
Workshop-nya di Slipi, Jakarta Barat, yang mulanya hanya dibantu tiga karyawan, belakangan bertambah jadi lima. Usaha yang berkembang juga disebabkan oleh Hana yang aktif di media sosial. Akun Instagram Threadapeutic selalu aktif mengunggah foto-foto koleksi terbaru. Dari situ, Hana memperluas pasar dengan berjualan online. Selain online, karya Hana dijual di Dia.lo.gue Artspace di daerah Kemang, Jakarta Selatan.
Dari segi harga, Hana memang tak ingin menjual barang terlalu murah. Sebuah tas berukuran sedang bisa dihargai Rp700 ribu, sedangkan tas berukuran besar dihargai Rp900 ribu. Bahkan hiasan dinding bisa mencapai Rp7 juta! “Harga tidak bisa terlalu rendah karena saya menganggapnya sebagai art. Saya ingin menyadarkan orang bahwa, ‘Oh barang bekas itu bisa begini.’ Jadi saya mau orang beli itu bukan karena kasihan. Saya ingin bisa bersaing dengan barang mainstream,” kata Hana.
Mimpi Hana belum usai. Ia ingin membangun sebuah komunitas, tempat ia berbagi ilmu mengolah kain bekas menjadi tas berkualitas.